Continue reading “Why We Love HOSPITAL PLAYLIST – Part 1 (The Introduction)”
Thunder
The Tunnel – Prologue
Ketika hidupmu telah berumur seperempat abad, kau akan menyadari banyak hal.
Pertama; bahwa orangtuamu sudah tidak semuda dulu.
Kedua; bahwa kau akan harus memikirkan di mana dan bagaimana kau akan menghabiskan sisa hidupmu.
Ketiga; bahwa cita-cita dan impianmu dulu selamanya hanyalah cita-cita dan impian semata, tidak untuk menjadi nyata.
Keempat; bahwa hanya uang-lah motivasimu menjalani hari-hari yang melelahkan.
Kelima; bahwa kesepian bukanlah ilusi atau khayalan, ia adalah teman yang sama nyatanya dengan dirimu.
Keenam; bahwa perasaan yang tertinggal dari masa lalu dapat begitu menyiksamu dengan kerinduan, kemarahan, dan, mungkin, penyesalan.
Hujan
Hujan yang tersayang.
Seperti tanda kedatanganmu,
aku terkadang menggelap kelabu.
Aku menunggu, selalu, setiap hari,
dan terkadang membiru sendu.
Continue reading “Hujan”
Me After You
Jen, tahukah kau?
Kau terlalu menyepelekan kemampuanku mencintaimu
dengan pergi semudah itu.
Dan sekarang jelas terlihat
akibat-akibat tindakan gegabahmu.
Aku merindukanmu
sampai rasanya sakit dan ngilu.
Aku #2
Aku Aku adalah jalinan pikiran dan kenangan Aku adalah kumpulan sepi Sepi yang lama-lama terimbuhi Kesepian Aku adalah serba berkebalikan Aku adalah kumpulan kosong Kosong yang lama-lama terimbuhi Kekosongan Aku tidak mengerti aku Namun juga sangat mengerti aku Aku Aku ini kenapa?
Aku #1
Aku menulis tentang aku karena sudah terlalu lama menulis tentang dia yang fiksi, atau aku yang disamarkan jadi fiksi. Sekali-sekali, tentang aku.
Lee Joon-gi; More than Just a Pretty Face –Part6
Previous post; click here
Hampir setengah tahun saya tidak sempat menghibur diri dengan fangirlingan karena sibuk dengan tugas mahasuci mahasiswa di seluruh dunia; skripsi. Beberapa bulan lalu di sela-sela kepusingan saya mengurusi bab satu dan bab dua, di malam hari saya masih bisa melepaskan stress dengan menonton wajah tampan aktor laga keren mas Joon-gi. Namun setelah semua drama Joon-gi habis saya babat, stress menjadi teman setia saya.
Saya memang membatasi diri untuk tidak men-drama Korea selama pengerjaan skripsi waktu itu. Yah, daripada saya dimarah-marahi dosen pembimbing lagi (ini kenapa saya malah curhat). Untungnya masih ada drama-drama Lee Joon-gi yang tersimpan ganteng di PC, siap untuk ditonton tengah malam setelah otak panas dipaksa berpikir. Dan untungnya lagi di bulan Juni EXO comeback dengan album ketiga mereka, sehingga saya lumayan bahagia karena jadwal fangirlingan saya rutin tiap hari terlaksana, hahaha.
Sejak beberapa waktu lalu, drama Lee Joon-gi terbaru berjudul Scarlet Heart: Ryeo sudah tayang! Kyaaaa! Ehem. Melihat beberapa episode awalnya membuat saya teringat pada review drama-drama Joon-gi yang belum terselesaikan sejak berabad-abad lalu. Masih ada 3 drama yang belum saya bahas, dan dua di antaranya adalah favorit saya. Entah Scarlet Heart: Ryeo ini nantinya akan mengambil tempat spesial di hati saya atau tidak. Barisan castnya sangat menjanjikan karena ganteng-ganteng semua: Lee Joon-gi, Kang Haneul, EXO Baekhyun (sebagai EXO-L tentu saja ini membuat saya bahagia), Jisoo, Nam Joohyuk, Hong Jonghyun, dan IU sebagai female lead. Maka sebelum menghabiskan Scarlet Heart: Ryeo, saya yang lumayan punya waktu luang ini akhirnya akan melanjutkan fangirlingan drama-drama Lee Joon-gi sebelumnya.
Continue reading “Lee Joon-gi; More than Just a Pretty Face –Part6”
Me Gustas Tu
Di luar hujan.
Suaranya menembus kesadaranku. Hati-hati aku merasakan kembali hatiku yang pernah hampir mati rasa di masa lalu. Kali ini ada sedikit pedih yang menelusup, seperti jarum yang menusuk.
Di luar hujan.
Suaranya membangunkan aku dari tidur panjang. Aku menatap diriku di cermin kecil, melihat sorot mataku yang kelelahan. Mataku tidak menua, dan itu menentramkan.
Di luar hujan.
Suaranya membawa kerinduan. Banyak kenangan mengalir bersama hujan, di hari-hari yang berlalu di masa lalu. Meski kadang hanya berupa gambar-gambar buram, seperti kolase foto-foto dari masa mudaku.
Di luar hujan.
Hujan yang kusukai.
Hujan yang menemani.
No Other
Suatu malam yang dingin, aku duduk di lantai di depan kamar, menatap layar yang kursornya berkedip-kedip. Otakku penuh ini dan itu, terlalu penuh dan tak beraturan. Ingin merilekskan otak sejenak, kubuka folder music video yang berisi 225 video musik lagu-lagu yang kusukai. Asal saja tanpa memilih, kuputar satu video.
Lagu itu lagu lama Super Junior berjudul No Other. Judul aslinya Neo Gateun Saram Tto Eobseo, yang artinya kurang lebih “there’s no one like you”. Tidak ada orang lain sepertimu. Awalnya aku hanya menikmati lagu yang ceria itu, menyenandungkan liriknya sambil kembali memikirkan pembahasan tugas skripsiku.
Aku memutar kembali video itu, menyanyikan lagu yang sudah lama tak kudengarkan. Kemudian aku terdiam karena otak kembali penuh. Saat itulah tiba-tiba terpikir sesuatu yang tak ada hubungannya dengan pembahasan hasil penelitian; judul lagu itu, there’s no one like you. Tiba-tiba saja kalimat pendek itu merasuk ke otakku.